Ketika sedang saya memandU kereta , tiba2 saya tersentak kerana bUnyi pesanan ringkas masuk ke handfon saya, lantas saya baCa. "Sahabat kita, syamil dah kembali ke rahmatullah sekejaP tadi." Begitulah bunyi pesanan ringkas itu, lalu berderai airmata saya mengenangkan sahabat baik saya dah pergi menghadap Allah SWT, lantas terus berdoa, "Ya Allah rahmatilah dia, ampunkan segala dosanya, cucuri rahmat ke atas rohnya dan terimalah segala amal baiknya....ameen."
Kesedaran akan hadirnya kematian ini semakin kuat, ketika orang yang dekat dengan kita telah sampai pada akhir waktu kehidupannya. Keadaan yang terasa pada jiwa kita pastinya adalah kesedihan.
"Dan sungguh akan Kami berikan cubaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar" (QS. Al-Baqarah 2:155).
Allah Yang Maha Pencipta amat mengetahui keadaan kejiwaan hamba-hambaNya. Dukacita atas wafatnya orang yang dicintai pastilah singgah di perasaan manusia. Hingga kisah jatuhnya titisan air mata Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam saat ditinggal puteranya yang bernama Ibrahim mengukuhkan manusiawinya kesedihan hadir pada keadaan itu. Beliau pasti senantiasa redha terhadap keputusan Allah SWT yang terjadi adalah ekspresi kasih sayang dan dukacita. Dan ini adalah fitrah pada manusia.
Saya tidak dapat menahan sebak atas kehilangan sahabat saya itu dan lantas berfikir mengenangkan diri bilakah agaknya Allah akan panggil saya kembali ke pangkuanNya. Sebentar lagi, tanpa tahu bila dan di mana, malaikat maut akan menjemput. Kematian itu tiba-tiba sudah di depan mata, malaikat maut sudah siap mencabut nyawa.
Saya tidak dapat menahan sebak atas kehilangan sahabat saya itu dan lantas berfikir mengenangkan diri bilakah agaknya Allah akan panggil saya kembali ke pangkuanNya. Sebentar lagi, tanpa tahu bila dan di mana, malaikat maut akan menjemput. Kematian itu tiba-tiba sudah di depan mata, malaikat maut sudah siap mencabut nyawa.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Tiada seorang pun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan dikerjakannya esok hari, dan tidak seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.” (QS. Luqman: 34)
Saya bertanya kepada diri saya cukupkah amalan yang akan saya bawa untuk dipersembahkan kepadaNya atau dengan dosa terpahat setiap hari yang boleh mendatangkan kemurkaanNya pada saya...ALLAH AKHBAR.
Setiap makhluk yang hidup pasti akan mati. Sesungguhnya kematian tetap akan menjemput insan untuk kembali kepada penciptaNya. Sekuat mana pun kita lari, sejauh mana pun kita cuba hindari, namun kematian akan tetap mengekori kita. Sampai waktunya dan ketikanya kita tetap akan pergi jua.
Setiap makhluk yang hidup pasti akan mati. Sesungguhnya kematian tetap akan menjemput insan untuk kembali kepada penciptaNya. Sekuat mana pun kita lari, sejauh mana pun kita cuba hindari, namun kematian akan tetap mengekori kita. Sampai waktunya dan ketikanya kita tetap akan pergi jua.
Firman Allah SWT, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS Ali 'Imran 3:185)
Allah SWT senantiasa menginginkan kebaikan bagi hamba-hambaNya. Pedihnya musibah dunia ini Dia basuh dengan kesejukan keyakinan dan keimanan, bahawa kita adalah milikNya dan kita akan kembali kepadaNya. Dan Dia akan memberikan keberkahan serta kasih sayang yang sempurna. KeranaNya kesedihan ini tidak akan menggoyahkan keyakinan si hamba. Dan ia akan senantiasa mendapatkan bimbingan hidayah dari Allah SWT.
Sesungguhnya bagi orang-orang cerdas dan bijak, kematian adalah panglima nasihat dan guru kehidupannya. Sedikit saja lengah dari memikirkan kematian, maka ia telah kehilangan guru terbaik dalam hidupnya. “Cukuplah kematian itu sebagai penasihat.” (Hadith Thabrani dan Baihaqi)
Kalau kita melupakan kematian bagaimana mungkin menjadikannya sebagai penasihat? Seperti buku yang berisi banyak informasi penting, bagaimana kita boleh mendapatkan informasi kalau buku itu diabaikan tanpa dibaca. Kerana itulah Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam berpesan kepada kita agar senantiasa mengingati kematian. “Sungguh sekiranya kamu mau memperbanyak untuk mengingat ‘pemutus kelazatan’, apa yang aku lihat (tertawa dan perkataan sia-sia) telah menyibukkan kamu. Perbanyaklah untuk mengingat ‘pemutus kelazatan’, yakni kematian.”
Hal itu baginda sabdakan saat menyaksikan banyak orang yang tenggelam asyik dalam perkataan sia-sia ditingkahi dengan gelak tawa. Betapa hairan Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam melihat pemandangan demikian. Bukankah orang muslim itu mesti sedar betul bahawa dirinya akan mati, dan kematian itu sering datang secara tiba-tiba. Al-Imam Syafi’i rahimahullah memberikan sebuah nasihat, “Tidak sepantasnya seorang mukmin lalai dari mengingat mati dan menyiapkan diri untuk menyambutnya.”
Selama masa penantian menunggu kematian, semoga kita dapat mengumpulkan “bekal” untuk kita bawa ke kehidupan setelah dunia ini, dan kita berharap semoga bekal tersebut cukup bagi kita untuk membuat kita masuk ke dalam golongan orang-orang yang akan masuk syurga Allah kelak. Semoga kita dapat memanfaatkan dengan baik umur yang Allah SWT berikan pada kita hingga detik ini. Entah apa yang kita dapatkan kelak kalau kita membuat hidup kita ini sia-sia. Semoga amal dan ibadah-ibadah kita selama ini diredhai olehNya.
Marilah kita hidup dengan baik dan menjadi manusia yang berguna. Ya Allah, cukupkanlah umur dan waktu kami di dunia ini untuk hidup sesuai dengan keinginan-Mu agar pada saatnya nanti kami siap “bertemu” denganMu. Redhailah semua usaha yang kami lakukan ini, usaha untuk membuat kami “siap” bertatap wajah denganMu.
Sekian, moga berjumpa lagi.
Allah SWT senantiasa menginginkan kebaikan bagi hamba-hambaNya. Pedihnya musibah dunia ini Dia basuh dengan kesejukan keyakinan dan keimanan, bahawa kita adalah milikNya dan kita akan kembali kepadaNya. Dan Dia akan memberikan keberkahan serta kasih sayang yang sempurna. KeranaNya kesedihan ini tidak akan menggoyahkan keyakinan si hamba. Dan ia akan senantiasa mendapatkan bimbingan hidayah dari Allah SWT.
Sesungguhnya bagi orang-orang cerdas dan bijak, kematian adalah panglima nasihat dan guru kehidupannya. Sedikit saja lengah dari memikirkan kematian, maka ia telah kehilangan guru terbaik dalam hidupnya. “Cukuplah kematian itu sebagai penasihat.” (Hadith Thabrani dan Baihaqi)
Kalau kita melupakan kematian bagaimana mungkin menjadikannya sebagai penasihat? Seperti buku yang berisi banyak informasi penting, bagaimana kita boleh mendapatkan informasi kalau buku itu diabaikan tanpa dibaca. Kerana itulah Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam berpesan kepada kita agar senantiasa mengingati kematian. “Sungguh sekiranya kamu mau memperbanyak untuk mengingat ‘pemutus kelazatan’, apa yang aku lihat (tertawa dan perkataan sia-sia) telah menyibukkan kamu. Perbanyaklah untuk mengingat ‘pemutus kelazatan’, yakni kematian.”
Hal itu baginda sabdakan saat menyaksikan banyak orang yang tenggelam asyik dalam perkataan sia-sia ditingkahi dengan gelak tawa. Betapa hairan Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam melihat pemandangan demikian. Bukankah orang muslim itu mesti sedar betul bahawa dirinya akan mati, dan kematian itu sering datang secara tiba-tiba. Al-Imam Syafi’i rahimahullah memberikan sebuah nasihat, “Tidak sepantasnya seorang mukmin lalai dari mengingat mati dan menyiapkan diri untuk menyambutnya.”
Selama masa penantian menunggu kematian, semoga kita dapat mengumpulkan “bekal” untuk kita bawa ke kehidupan setelah dunia ini, dan kita berharap semoga bekal tersebut cukup bagi kita untuk membuat kita masuk ke dalam golongan orang-orang yang akan masuk syurga Allah kelak. Semoga kita dapat memanfaatkan dengan baik umur yang Allah SWT berikan pada kita hingga detik ini. Entah apa yang kita dapatkan kelak kalau kita membuat hidup kita ini sia-sia. Semoga amal dan ibadah-ibadah kita selama ini diredhai olehNya.
Marilah kita hidup dengan baik dan menjadi manusia yang berguna. Ya Allah, cukupkanlah umur dan waktu kami di dunia ini untuk hidup sesuai dengan keinginan-Mu agar pada saatnya nanti kami siap “bertemu” denganMu. Redhailah semua usaha yang kami lakukan ini, usaha untuk membuat kami “siap” bertatap wajah denganMu.
Sekian, moga berjumpa lagi.
waALLAHualam...
No comments:
Post a Comment